facebook rss daftar isi halaman depan

Laman

Sabtu, 18 Desember 2010

kenakalan remaja

“Artikel ini dituliskan ketika mendapatkan mata kuliah akta mengajar di kampus

Universitas Islam Negeri Malang, artikel ini disajikan berdasarkan fakta yang

didapatkan penulis ketika menempuh pendidikan di SKMA yang notabene dibesarkan di

lingkungan asrama,budaya tawuran,contek mencontek,malas,mbolos,tanda tangan

palsu,berbohong,malak,mengambil makanan ke dapur tanpa ijin, berebut susu sampai

yang didapat bukan susu namun pecahan gelas,memakai pakaian rekan lain sehingga

nama berbeda dengan sama sesungguhnya,dijewer akibat tidak ngaji,jalan katak akibat

telat shalat jum'at,tidak lari pagi sampai dilarikan sebelum apel pagi,membina adik

kelas tanpa alasan semua itu terinspirasi dari kampus hijau sawala yang pada waktu itu

betul kenakalan remaja amat terasa melekat”

wildan toyib skma kadipaten angkatan 2002

Kenakalan Remaja Bukan Pengaruh Pariwisata

Kenakalan remaja terutama dalam penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol,

Psikotropika dan zat Aditif lainnya) bukan disebabkan oleh pengaruh maupun dampak

dari kegiatan sektor kepariwisataan akan tetapi lebih merupakan trend atau

kecenderungan sosial yang bersifat mengglobal.

Diakuinya bahwa akibat dari pengembangan sektor kepariwisataan terutama di Daerah

dan perkotaan khususnya selama ini belum ditemui secara signifikan adanya

perkembangan penyalahgunaan NAPZA. Yang jelas dampak dari kegiatan pariwisata di

Daerah semakin dikenal masyarakat di dalam maupun di luar negeri. Dan pendapatan

melalui PAD dari pariwisata yang diterima daerah semakin meningkat setiap tahun.

Pengembangan sektor kepariwisataan khususnya di perkotaan lebih diorientasikan pada

wisata hiburan keluarga dengan menyediakan fasilitas wisata yang lengkap berada di

Pusat Rekreasi dan Wisata. Sedang untuk wilayah Daerah orientasi kepariwisataannya

ditujukan pada adventure tourism atau wisata petualangan yang cukup banyak ragam dan

bentuknya.

Dengan orientasi wisata hiburan keluarga dan adventure tourism maka penyalagunaan

NAPZA hampir tidak terdeteksi. Untuk mengantisipasi semakin meluasnya

penyalahgunaan NAPZA adalah dengan lebih selektif dan berhati-hati dalam

menyediakan maupun memberikan izin dalam penyelenggaraan hiburan malam di dalam

perkotaan maupun di daerah dikarenakan sarana hiburan malam sering kali

disalahgunakan sebagai wadah penggunaan dan distribusi NAPZA.

Tanggung jawab untuk membendung meluasnya penyalahgunaan NAPZA berada pada

seluruh komponen masyarakat bersama pemerintah. Tidak bisa dibebankan kepada salah

satu komponen atau pemerintah saja.

SEKALIPUN seringkali dikaitkan dengan anak-anak, sehingga dikenal istilah anak nakal,

dan adakalanya disangkutpautkan dengan orang dewasa seperti pengusaha nakal,

Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

kenakalan lebih melekat pada remaja. Mencorat-coret dinding, mabal (bolos sekolah) dan

kebut-kebutan adalah jenis-jenis kenakalan yang umum dilakukan remaja kita. Dalam

dekade terakhir, kenakalan remaja cenderung sangat memprihatinkan. Media massa, baik

cetak maupun elektronik sering memberitakan aktivitas remaja yang membahayakan.

Sebut saja perkelahian secara perorangan, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan,

pencurian, perampokan, penganiayaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti

psikotropika, yang yang bisa berujung dengan kematian.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, nakal adalah "suka berbuat kurang baik

(tidak menurut, mengganggu dsb. terutama bagi anak-anak) atau buruk kelakuan."

Juvenile deliquency atau kenakalan remaja dapat ditinjau dari empat faktor penyebab,

yakni faktor pribadi, faktor keluarga yang merupakan lingkungan utama, maupun faktor

sekolah dan lingkungan sekitar yang secara potensial dapat membentuk perilaku seorang

remaja.

Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci bimbingan orang tua yang bertanggung

jawab dapat mengantar individu manusia menerima hidayah Allah sehingga potensi

kemalaikatan yang ada dalam dirinyalah yang akan berkembang. Sebaliknya, tanpa

bimbingan orang tua, tidak mustahil justru potensi kebinatangan yang ada dalam diri

individullah yang akan muncul. Maka berbagai sifat keji (ahlaqul madzmumah) seperti

pemarah, tamak, dengki, pendendam, tidak sabaran, sombong dan tidak amanah

seumpamanya yang akan berkembang dan melekat pada pribadi yang bersangkutan. Hal

ini berlaku karena individu tersebut telah dikuasai oleh naluri agresif dan tidak rasional

yang mewakili nafsu kebinatangan, serta pengalaman yang diterima sejak kecil. Sifatsifat

tidak baik itu mungkin telah muncul sejak individu masih anak-anak dan kemudian

tambah diperkuat ketika yang bersangkutan memasuki masa remaja.

Pada tahap perkembangan awal sebagian besar waktu anak pada umumnya dihabiskan di

lingkungan rumah atau dalam pengawasan keluarga. Ini berarti bahwa perkembangan

mental, fisik dan sosial individu ada di bawah arahan orang tua atau terpola dengan

kebiasan yang berlaku dalam rumah tangga. Dengan demikian jika seorang remaja

menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar faktor keluarga turut memengaruhi

keadaan tersebut. Kondisi keluarga yang dapat menyumbang terhadap terjadinya

kenakalan anak adalah kurangnya perhatian yang diberikan orang tua, serta kurangnya

penghayatan dan pengamalan orang tua/keluarga terhadap agama.

Sekolah merupakan lingkungan belajar kedua yang berkontribusi terhadap keberhasilan

dan ketidakberhasilan, dengan salah satu indikator kenakalan, anak. Faktor sekolah yang

berkontribusi terhadap kenakalan remaja antara lain disiplin sekolah yang longgar,

ketidakacuhan guru dan pengelola sekolah terhadap masalah siswa di luar urusan sekolah,

serta tidak lancarnya komunikasi antara guru dan orang tua yang menyebabkan kecilnya

peran orang tua dalam kemajuan pendidikan anaknya.

Faktor lingkungan merujuk kepada peranan masyarakat, multimedia dan berbagai

fasilitas, seperti pusat-pusat hiburan yang menyediakan pelbagai produk yang bisa

Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

menumbuhkan dan meningkatkan rangsangan seksual dan nafsu hewani . Aktivitas

lingkungan yang menyumbang terhadap kenakalan remaja antara lain pergaulan bebas di

antara pria dan wanita, sikap permisif yang ditunjukkan masyarakat, munculnya pusatpusat

hiburan serta pertunjukan musik yang mengumbar birahi serta tayangan kekerasan

dan pornografi.

Pada praktiknya kontribusi keempat faktor tersebut berbeda-beda dalam berbagai kasus

kenakalan remaja. Sekalipun demikian jika seorang remaja terjatuh dalam kenakalan,

maka orang tualah yang memiliki tanggung jawab terbesar. Ketimbang menyalahkan

pihak lain, orang tua pulalah hendaknya yang mengambil inisiatif memperbaikinya.

Dalam keadaan demikian seyogianya orang tua: 1) dapat memaafkan dan berlaku adil

terhadap anak. 2) Tidak terlalu menampakkan kekecewaan dan dapat menerima anak apa

adanya. 3) Memberi pertolongan dan membimbing dengan sabar, lemah lembut dan

penuh kasih sayang. 4) Meminta pendapat remaja yang bersangkutan tentang bagaimana

mencari solusi masalah yang sedang dihadapi.

Berjaga-jaga dengan memberikan pendidikan agama sejak dini, selalu lebih baik dari

pada mengobati. Sebelum atau sekurang-kurangnya pada saat memohon dianugerahi anak

saleh, kita seyogianya siap menjadi orang tua yang saleh. Orang tua yang saleh adalah

pria yang mampu menjadi pemimpin buat istri dan anak-anaknya. Ibu yang selalu

berusaha menyiapkan surga bagi anak-anaknya di telapak kakinya.

Orang tua yang siap memberikan teladan buat putra putrinya dan orang tua yang

bertanggung jawab terhadap kebahagiaan dunia akhirat anak-anaknya."Setiap saat bayi

terlahir dalam keadaan suci, terpulang kepada orang tuanyalah untuk meyahudikannya

atau menasranikannya (Hadis Riwayat Bukhari).

Kalo berani satu lawan satu! Itu ungkapan spontan setelah membaca rubrik tawuran

antar-pelajar, mahasiswa, bahkan pejabat teras ataupun aksi yang kini marak

dikategorikan sebagai tindakan premanisme. Di antara rubrik itu, ada persamaan yang

jelas terlihat. Pelaku yang terlibat umumnya kaum adam.

Jelas, jika ungkapan itu sangat lazim diucapkan. Tapi persamaan lainnya, mereka

umumnya golongan remaja. Tapi bagaimana jika pelakunya kaum hawa? Seperti kasus

penganiayaan terhadap Ica, siswi SMUN 7 yang tengah diusut. Yang menarik dari kasus

ini, korban dan pelaku adalah kaum hawa yang konon sering dikategorikan sebagai kaum

yang lemah, Juga Cliff Muntu, Praja IPDN yang tengah diusut juga.

Sebenarnya itu bukan hal baru . Penganiayaan itu lebih beken disebut salah satu tindakan

penggencetan. Penggencetan itu sendiri tidak hanya dilakukan dengan kontak fisik, tapi

bisa hanya dengan teguran keras, atau teror lewat sms atau media lainnya.

Tidak bisa dipungkiri, hal itu sudah menjadi tradisi dari senior kepada junior yang

dilakukan karena banyak alasan. Mulai dari alasan yang jelas sampai alasan yang lucunya

tidak disebutkan si senior sampai kapanpun. Ya.. seperti tayangan di sinetron remaja

yang lagi "in" sekarang ini.

Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

Hal yang terjadi saat tawuran, sebenarnya perilaku agresi dari seorang individu atau

kelompok. Agresi itu sendiri menurut Murray (dalam Hall & Lindzey, Psikologi

kepribadian, 1993) didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat,

berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau

singkatnya agresi tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak

milik orang lain.

Menurut Raymond Tambunan, Psi, dalam pandangan psikologi, perkelahian yang

melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja

(juvenile deliquency). Kenakalan remaja dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke

dalam dua jenis delikuensi, yaitu situasional dan sistematik.

Pada delikuensi situsional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharukan

mereka untuk berkelahi. Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat

perkelahian itu berada dalam satu geng atau organisasi. Di sini ada norma, aturan, dan

kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggota termasuk berkelahi.

Sebagai anggota mereka bangga melakukan apa yang diharapkan. Kejadian itu berkaitan

dengan emosinya yang dikenal dengan masa strom dan stress. Dipengaruhi lingkungan

tempat tinggal, keluarga, dan teman sebaya serta semua kegiatan sehari-hari.

Memotivasi diri

Goleman (1997) mengatakan, koordinasi suasana hati inti dari hubungan sosial yang

baik. Seorang yang pandai menyesuaikan diri atau dapat berempati, ia memiliki tingkat

emosionalitas yang baik. Kecerdasan emosional lebih untuk memotivasi diri, ketahanan

dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta

mengatur keadaan jiwa.

Lima wilayah kecerdasan emosional sebagai pedoman setiap individu, untuk mencapai

kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari. Yakni mengendali emosi, kesadaran diri dalam

mengenali perasaan ketika perasaan itu terjadi sebagai dasar kecerdasan emosi, sehingga

kita bisa peka pada perasaan sesungguhnya dan tepat dalam pengambilan keputusan

masalah.

Mengelola emosi, berarti menangani perasaan agar perasaan terungkap dengan tepat

memotivasi diri mengenali emosi orang lain empati atau mengenal emosi orang lain,

dibangun berdasar pada kesadaran diri. Orang yang tidak mampu menyesuaikan diri

dengan emosi sendiri, dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang

lain.

Membina hubungan dengan orang lain, sebagai makluk sosial, individu dituntut dapat

menyelesaikan masalah dan mampu menampilkan diri, sesuai aturan yang berlaku.

Karena itu remaja agar memahami dan mengembangkan keterampilan sosialnya.

Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit

meyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan

dari pergaulan, cenderung berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun anti-sosial).

Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja,

tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.

Beberapa aspek yang menuntut keterampilan sosial (dalam Davis dan Forsythe, 1984).

Yaitu keluarga, hal yang paling penting diperhatikan orang tua, menciptakan suasana

demokratis dalam keluarga. Sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik

dengan orang tua dan saudara.

Lingkungan, pengenalan lingkungan lebih luas dari keluarga. Kepribadian, diberikan

penanaman sejak dini, nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa

mendasarkan pada hal fisik seperti materi dan penampilan. Rekreasi, pergaulan dengan

lawan jenis, pendidikan, persahabatan dan solidaritas kelompok.

Remaja diajarkan lebih memahami diri sendiri (kelebihan dan kekurangannya), agar ia

mampu mengendalikan dirinya. Sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif,

dibiasakan untuk menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya.

Dengan cara itu remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari sekitar,

mudah bersosialisasi, memiliki solidaritas tinggi, diterima di lingkungan lain. Sehingga

akan mampu membantu menemukan dirinya sendiri dan mampu berperilaku sesuai

norma yang berlaku.

Kenakalan remaja semakin menunjukkan kompleksitas akar permasalahannya sehingga

diperlukan suatu ancangan teoretik (theoretical approach) yang cukup komprehensif

untuk memahaminya guna menemukan langkah pemecahan yang lebih efektif. Tulisan

ini dimaksudkan untuk memperoleh ancangan teoretik yang lebih komprehensif tersebut

dengan mencari kaitan logis dan dinamis dari sembilan ancangan teoretik yang sering

diacu untuk menerangkan fenomena kenakalan remaja (pemahaman self, paradigma

juvenile delinqency, krisis identitas, teori imitasi, internalisasi-sosialisasi-identifikasi,

value expectation, teori massa, teori alienasi, dan pandangan modernisasi.

Gagasan Analisa :

Prinsip-Prinsip Efisiensi Perilaku Individu untuk Kehidupan yang Sukses

Sukses pada dasarnya adalah pencapaian sesuatu tujuan yang dengan segala daya upaya

diperjuangkan seseorang sehingga sungguh-sungguh terwujud. Hidup sukses adalah

hidup seseorang yang sungguh-sungguh mencapai tujuan yang didambakannya dengan

diiringi kepuasan batin dan kesehatan fisik-mental serta prospek pengembangan diri yang

seluas mungkin. Kepuasan batin berarti perasaan bahagia dalam diri seseorang tanpa

adanya kerisauan, ketakutan atau pertentangan batin. Kesehatan menurut Organisasi

Kesehatan Dunia (World Health Organization) adalah suatu keadaan sejahtera jasmaniah,

rohaniah maupun sosial dan bukan semata-mata ketiadaan penyakit dan kelemahan.

Sedang pengembangan diri yang selengkapnya meliputi segi-segi fisik, sosial, emosional,

intelektual, moral, dan spiritual. Kalau hidup ini diterima sebagai suatu kurnia yang baik,

Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

pengalaman yang indah, dan kenyataan yang benar, maka setiap orang perlu berusaha

mencapai suatu hidup yang sukses. Dengan demikian, segenap potensi kemampuan yang

tertanam pada setiap orang (misalnya kemampuan berpikir, berkemauan, bercitarasa)

tidaklah tersia-siakan. Demikian pula, dapatlah berkembang sepenuhnya empat dimensi

pokok hidup manusia berupa: berada (to be), mengetahui (to know), berbuat (to do), dan

memiliki (to have).

Penggunaan Bibliokonseling sebagai Salah Satu Strategi Membantu Klien

Konseling sebagai teknologi bantuan kemanusiaan memerlukan strategi yang tepat agar

subjek layanan memperoleh manfaat bagi dirinya. Bibliokonseling merupakan salah satu

strategi bantuan dengan menggunakan informasi dalam bahan pustaka. Strategi ini dapat

dimanfaatkan untuk membantu siswa meningkatkan prestasi belajar, mengubah konsep

diri, memodifikasi sikap sosial, meningkatkan kesehatan dan sebagainya. Dalam

kerangka itu, konselor perlu mengembangkan bibliokonseling yang sudah dirancang itu

dapat disajikan dengan teknik kelola sendiri, kontak minimal, kelola-konselor, dan arahan

konselor. Pelaksanaannya, tentu saja, memperhatikan prinsip seperti kebenaran dan

keberdayaan informasi, keefisienan, kemanfaatan, keaktifan klien, dan kemenarikan.

Urgensi Pemberian Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Siswa Luar Biasa di

Sekolah Luar Biasa

Siswa luar biasa sebagai bagian integral dari siswa pada umumnya memiliki berbagai

jenis kebutuhan untuk tetap aksis dalam kehidupan di masyarakat. Dalam usaha untuk

memenuhi kebutuhannya, siswa luar biasa juga mengalami kesulitan seperti halnya

kesulitan yang dialami oleh siswa pada umumnya di sekolah biasa. Akan tetapi tingkat

kesulitan pemenuhan kebutuhan siswa luar biasa lebih tinggi ketimbang dengan tingkat

kesulitan pemenuhan kebutuhan siswa biasa sebagai akibat dari keluarbiasaan yang

diderita. Untuk membantu mengatasi kesulitan siswa luar biasa tersebut, maka pemberian

layanan bimbingan dan konseling di sekolah luar biasa sangat urgen untuk dilakukan.

Alat Penilaian Kemampuan Konselor Mengelola Konseling Behavioral

Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan yang diberikan kepada siswa dalam

upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.

Konselor sebagai petugas profesional mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan

hak secara penuh dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap

sejumlah siswa. Sebagai helper ia bertugas sangat berat, sekalipun sudah dibekali

wawasan dan ketrampilan ini pun belum cukup menjamin keterlaksanaan program

bimbingan dan konseling secara efisien dan efektif. Sehubungan dengan keterlaksanaan

layanan konseling khususnya, para konselor banyak mengalami kerisauan terhadap hasil

bantuan yang diberikan kepada siswa/kliennya. Ia merasa kurang yakin apakah

perubahan perilaku, sikap, pikiran, dan perasaan klien itu dari hasil intervensi konseling?

Selama konselor belum berupaya mencari solusi kesulitan yang dialaminya maka

perasaan-perasaan tersebut senantiasa mengganggu. Melalui tulisan ini dicobatawarkan

salah satu alat atau instrumen yang memadai untuk mengevaluasi kemampuan atau

ketrampilan para konselor maupun calon konselor dalam praktik konseling.

Alat/instrumen ini memadai untuk mengevaluasi cara mengelola konseling berorientasi

Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

tindakan (behavioral), disebut "Alat Penilaian Kemampuan Konselor Mengelola

Konseling Behavioral".

Kenakalan Remaja dan Upaya untuk Mengatasinya

Kenakalan remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di kota-kota besar yang

kehidupannya diwarnai dengan adanya persaingan-persaingan dalam memenuhi

kebutuhan hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara tidak sehat.

Persaingan-persaingan tersebut terjadi dalam segala aspek kehidupan khususnya

kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Betapa kompleksnya kehidupan

tersebut memungkinkan terjadinya kenakalan remaja. Penyebab kenakalan remaja

sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab

yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh lingkungan

akan lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan remaja mempermudah

upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut dapat

bersifat preventif, represif, dan kuratif. Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja

terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat, khususnya para pendidik baik yang ada

di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para guru pembimbing) maupun para

pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat.

Uji Persyaratan Analisis dan Implikasinya dalam Riset Pendidikan

Statistika merupakan alat bantu untuk menyajikan data sehingga menjadi lebih informatif

dan untuk menguji hipotesis suatu penelitian. Sesuai dengan sifatnya sebagai alat bantu,

statistika tidak mengenal apakah angka yang dianalisis itu mempunyai arti atau tidak.

Setiap angka yang masuk akan keluar hasil analisisnya. Penelitian pendidikan merupakan

kelompok penelitian bidang ilmu-ilmu sosial yang kegunaannya lebih praktis dan penting

dalam kehidupan manusia. Dalam perannya yang tidak diragukan, maka penelitian

pendidikan dituntut memiliki kualifikasi yang memadai. Kualifikasi itu sebagian

ditentukan oleh kualitas dan analisis data. Dalam analisis itulah peneliti harus berhati-hati

termasuk di antaranya peneliti harus memperhatikan asumsi yang disyaratkan oleh teknik

analisis tertentu. Dalam kajian ini penulis mencoba mengemukakan pentingnya uji

asumsi dan seberapa jauh peneliti harus memperhatikan.

Pustaka :

1. ___________________, Sutoyo Imam Utoyo, Universitas Negeri Malang

2. ___________________, Andi Mappiare A.T., Universitas Negeri Malang

3. ___________________, Blasius Boli Lasan, Universitas Negeri Malang

4. ___________________, Abdul Hadis, Universitas Negeri Malang

5. ___________________, Nur Hidayah, Universitas Negeri Malang

6. ___________________, Hariadi Kusumo, Universitas Negeri Malang

7. ___________________, I.M. Hambali, Universitas Negeri Malang
Tags: artikel
Prev: Es di Greenland dan Global Warming
Next: Berburu bocoran Soal UNAS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih aras kunjungan anda di blog mesujiraya
komentarnya saya tunggu mas bro & mbak sist