“Artikel ini dituliskan ketika mendapatkan mata kuliah akta mengajar di kampus
Universitas Islam Negeri Malang, artikel ini disajikan berdasarkan fakta yang
didapatkan penulis ketika menempuh pendidikan di SKMA yang notabene dibesarkan di
lingkungan asrama,budaya tawuran,contek mencontek,malas,mbolos,tanda tangan
palsu,berbohong,malak,mengambil makanan ke dapur tanpa ijin, berebut susu sampai
yang didapat bukan susu namun pecahan gelas,memakai pakaian rekan lain sehingga
nama berbeda dengan sama sesungguhnya,dijewer akibat tidak ngaji,jalan katak akibat
telat shalat jum'at,tidak lari pagi sampai dilarikan sebelum apel pagi,membina adik
kelas tanpa alasan semua itu terinspirasi dari kampus hijau sawala yang pada waktu itu
betul kenakalan remaja amat terasa melekatâ€
wildan toyib skma kadipaten angkatan 2002
Kenakalan Remaja Bukan Pengaruh Pariwisata
Kenakalan remaja terutama dalam penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol,
Psikotropika dan zat Aditif lainnya) bukan disebabkan oleh pengaruh maupun dampak
dari kegiatan sektor kepariwisataan akan tetapi lebih merupakan trend atau
kecenderungan sosial yang bersifat mengglobal.
Diakuinya bahwa akibat dari pengembangan sektor kepariwisataan terutama di Daerah
dan perkotaan khususnya selama ini belum ditemui secara signifikan adanya
perkembangan penyalahgunaan NAPZA. Yang jelas dampak dari kegiatan pariwisata di
Daerah semakin dikenal masyarakat di dalam maupun di luar negeri. Dan pendapatan
melalui PAD dari pariwisata yang diterima daerah semakin meningkat setiap tahun.
Pengembangan sektor kepariwisataan khususnya di perkotaan lebih diorientasikan pada
wisata hiburan keluarga dengan menyediakan fasilitas wisata yang lengkap berada di
Pusat Rekreasi dan Wisata. Sedang untuk wilayah Daerah orientasi kepariwisataannya
ditujukan pada adventure tourism atau wisata petualangan yang cukup banyak ragam dan
bentuknya.
Dengan orientasi wisata hiburan keluarga dan adventure tourism maka penyalagunaan
NAPZA hampir tidak terdeteksi. Untuk mengantisipasi semakin meluasnya
penyalahgunaan NAPZA adalah dengan lebih selektif dan berhati-hati dalam
menyediakan maupun memberikan izin dalam penyelenggaraan hiburan malam di dalam
perkotaan maupun di daerah dikarenakan sarana hiburan malam sering kali
disalahgunakan sebagai wadah penggunaan dan distribusi NAPZA.
Tanggung jawab untuk membendung meluasnya penyalahgunaan NAPZA berada pada
seluruh komponen masyarakat bersama pemerintah. Tidak bisa dibebankan kepada salah
satu komponen atau pemerintah saja.
SEKALIPUN seringkali dikaitkan dengan anak-anak, sehingga dikenal istilah anak nakal,
dan adakalanya disangkutpautkan dengan orang dewasa seperti pengusaha nakal,
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com
kenakalan lebih melekat pada remaja. Mencorat-coret dinding, mabal (bolos sekolah) dan
kebut-kebutan adalah jenis-jenis kenakalan yang umum dilakukan remaja kita. Dalam
dekade terakhir, kenakalan remaja cenderung sangat memprihatinkan. Media massa, baik
cetak maupun elektronik sering memberitakan aktivitas remaja yang membahayakan.
Sebut saja perkelahian secara perorangan, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan,
pencurian, perampokan, penganiayaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti
psikotropika, yang yang bisa berujung dengan kematian.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, nakal adalah "suka berbuat kurang baik
(tidak menurut, mengganggu dsb. terutama bagi anak-anak) atau buruk kelakuan."
Juvenile deliquency atau kenakalan remaja dapat ditinjau dari empat faktor penyebab,
yakni faktor pribadi, faktor keluarga yang merupakan lingkungan utama, maupun faktor
sekolah dan lingkungan sekitar yang secara potensial dapat membentuk perilaku seorang
remaja.
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci bimbingan orang tua yang bertanggung
jawab dapat mengantar individu manusia menerima hidayah Allah sehingga potensi
kemalaikatan yang ada dalam dirinyalah yang akan berkembang. Sebaliknya, tanpa
bimbingan orang tua, tidak mustahil justru potensi kebinatangan yang ada dalam diri
individullah yang akan muncul. Maka berbagai sifat keji (ahlaqul madzmumah) seperti
pemarah, tamak, dengki, pendendam, tidak sabaran, sombong dan tidak amanah
seumpamanya yang akan berkembang dan melekat pada pribadi yang bersangkutan. Hal
ini berlaku karena individu tersebut telah dikuasai oleh naluri agresif dan tidak rasional
yang mewakili nafsu kebinatangan, serta pengalaman yang diterima sejak kecil. Sifatsifat
tidak baik itu mungkin telah muncul sejak individu masih anak-anak dan kemudian
tambah diperkuat ketika yang bersangkutan memasuki masa remaja.
Pada tahap perkembangan awal sebagian besar waktu anak pada umumnya dihabiskan di
lingkungan rumah atau dalam pengawasan keluarga. Ini berarti bahwa perkembangan
mental, fisik dan sosial individu ada di bawah arahan orang tua atau terpola dengan
kebiasan yang berlaku dalam rumah tangga. Dengan demikian jika seorang remaja
menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar faktor keluarga turut memengaruhi
keadaan tersebut. Kondisi keluarga yang dapat menyumbang terhadap terjadinya
kenakalan anak adalah kurangnya perhatian yang diberikan orang tua, serta kurangnya
penghayatan dan pengamalan orang tua/keluarga terhadap agama.
Sekolah merupakan lingkungan belajar kedua yang berkontribusi terhadap keberhasilan
dan ketidakberhasilan, dengan salah satu indikator kenakalan, anak. Faktor sekolah yang
berkontribusi terhadap kenakalan remaja antara lain disiplin sekolah yang longgar,
ketidakacuhan guru dan pengelola sekolah terhadap masalah siswa di luar urusan sekolah,
serta tidak lancarnya komunikasi antara guru dan orang tua yang menyebabkan kecilnya
peran orang tua dalam kemajuan pendidikan anaknya.
Faktor lingkungan merujuk kepada peranan masyarakat, multimedia dan berbagai
fasilitas, seperti pusat-pusat hiburan yang menyediakan pelbagai produk yang bisa
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com
menumbuhkan dan meningkatkan rangsangan seksual dan nafsu hewani . Aktivitas
lingkungan yang menyumbang terhadap kenakalan remaja antara lain pergaulan bebas di
antara pria dan wanita, sikap permisif yang ditunjukkan masyarakat, munculnya pusatpusat
hiburan serta pertunjukan musik yang mengumbar birahi serta tayangan kekerasan
dan pornografi.
Pada praktiknya kontribusi keempat faktor tersebut berbeda-beda dalam berbagai kasus
kenakalan remaja. Sekalipun demikian jika seorang remaja terjatuh dalam kenakalan,
maka orang tualah yang memiliki tanggung jawab terbesar. Ketimbang menyalahkan
pihak lain, orang tua pulalah hendaknya yang mengambil inisiatif memperbaikinya.
Dalam keadaan demikian seyogianya orang tua: 1) dapat memaafkan dan berlaku adil
terhadap anak. 2) Tidak terlalu menampakkan kekecewaan dan dapat menerima anak apa
adanya. 3) Memberi pertolongan dan membimbing dengan sabar, lemah lembut dan
penuh kasih sayang. 4) Meminta pendapat remaja yang bersangkutan tentang bagaimana
mencari solusi masalah yang sedang dihadapi.
Berjaga-jaga dengan memberikan pendidikan agama sejak dini, selalu lebih baik dari
pada mengobati. Sebelum atau sekurang-kurangnya pada saat memohon dianugerahi anak
saleh, kita seyogianya siap menjadi orang tua yang saleh. Orang tua yang saleh adalah
pria yang mampu menjadi pemimpin buat istri dan anak-anaknya. Ibu yang selalu
berusaha menyiapkan surga bagi anak-anaknya di telapak kakinya.
Orang tua yang siap memberikan teladan buat putra putrinya dan orang tua yang
bertanggung jawab terhadap kebahagiaan dunia akhirat anak-anaknya."Setiap saat bayi
terlahir dalam keadaan suci, terpulang kepada orang tuanyalah untuk meyahudikannya
atau menasranikannya (Hadis Riwayat Bukhari).
Kalo berani satu lawan satu! Itu ungkapan spontan setelah membaca rubrik tawuran
antar-pelajar, mahasiswa, bahkan pejabat teras ataupun aksi yang kini marak
dikategorikan sebagai tindakan premanisme. Di antara rubrik itu, ada persamaan yang
jelas terlihat. Pelaku yang terlibat umumnya kaum adam.
Jelas, jika ungkapan itu sangat lazim diucapkan. Tapi persamaan lainnya, mereka
umumnya golongan remaja. Tapi bagaimana jika pelakunya kaum hawa? Seperti kasus
penganiayaan terhadap Ica, siswi SMUN 7 yang tengah diusut. Yang menarik dari kasus
ini, korban dan pelaku adalah kaum hawa yang konon sering dikategorikan sebagai kaum
yang lemah, Juga Cliff Muntu, Praja IPDN yang tengah diusut juga.
Sebenarnya itu bukan hal baru . Penganiayaan itu lebih beken disebut salah satu tindakan
penggencetan. Penggencetan itu sendiri tidak hanya dilakukan dengan kontak fisik, tapi
bisa hanya dengan teguran keras, atau teror lewat sms atau media lainnya.
Tidak bisa dipungkiri, hal itu sudah menjadi tradisi dari senior kepada junior yang
dilakukan karena banyak alasan. Mulai dari alasan yang jelas sampai alasan yang lucunya
tidak disebutkan si senior sampai kapanpun. Ya.. seperti tayangan di sinetron remaja
yang lagi "in" sekarang ini.
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com
Hal yang terjadi saat tawuran, sebenarnya perilaku agresi dari seorang individu atau
kelompok. Agresi itu sendiri menurut Murray (dalam Hall & Lindzey, Psikologi
kepribadian, 1993) didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat,
berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau
singkatnya agresi tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak
milik orang lain.
Menurut Raymond Tambunan, Psi, dalam pandangan psikologi, perkelahian yang
melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja
(juvenile deliquency). Kenakalan remaja dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke
dalam dua jenis delikuensi, yaitu situasional dan sistematik.
Pada delikuensi situsional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharukan
mereka untuk berkelahi. Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat
perkelahian itu berada dalam satu geng atau organisasi. Di sini ada norma, aturan, dan
kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggota termasuk berkelahi.
Sebagai anggota mereka bangga melakukan apa yang diharapkan. Kejadian itu berkaitan
dengan emosinya yang dikenal dengan masa strom dan stress. Dipengaruhi lingkungan
tempat tinggal, keluarga, dan teman sebaya serta semua kegiatan sehari-hari.
Memotivasi diri
Goleman (1997) mengatakan, koordinasi suasana hati inti dari hubungan sosial yang
baik. Seorang yang pandai menyesuaikan diri atau dapat berempati, ia memiliki tingkat
emosionalitas yang baik. Kecerdasan emosional lebih untuk memotivasi diri, ketahanan
dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta
mengatur keadaan jiwa.
Lima wilayah kecerdasan emosional sebagai pedoman setiap individu, untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari. Yakni mengendali emosi, kesadaran diri dalam
mengenali perasaan ketika perasaan itu terjadi sebagai dasar kecerdasan emosi, sehingga
kita bisa peka pada perasaan sesungguhnya dan tepat dalam pengambilan keputusan
masalah.
Mengelola emosi, berarti menangani perasaan agar perasaan terungkap dengan tepat
memotivasi diri mengenali emosi orang lain empati atau mengenal emosi orang lain,
dibangun berdasar pada kesadaran diri. Orang yang tidak mampu menyesuaikan diri
dengan emosi sendiri, dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang
lain.
Membina hubungan dengan orang lain, sebagai makluk sosial, individu dituntut dapat
menyelesaikan masalah dan mampu menampilkan diri, sesuai aturan yang berlaku.
Karena itu remaja agar memahami dan mengembangkan keterampilan sosialnya.
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com
Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit
meyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan
dari pergaulan, cenderung berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun anti-sosial).
Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja,
tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Beberapa aspek yang menuntut keterampilan sosial (dalam Davis dan Forsythe, 1984).
Yaitu keluarga, hal yang paling penting diperhatikan orang tua, menciptakan suasana
demokratis dalam keluarga. Sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik
dengan orang tua dan saudara.
Lingkungan, pengenalan lingkungan lebih luas dari keluarga. Kepribadian, diberikan
penanaman sejak dini, nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa
mendasarkan pada hal fisik seperti materi dan penampilan. Rekreasi, pergaulan dengan
lawan jenis, pendidikan, persahabatan dan solidaritas kelompok.
Remaja diajarkan lebih memahami diri sendiri (kelebihan dan kekurangannya), agar ia
mampu mengendalikan dirinya. Sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif,
dibiasakan untuk menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya.
Dengan cara itu remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari sekitar,
mudah bersosialisasi, memiliki solidaritas tinggi, diterima di lingkungan lain. Sehingga
akan mampu membantu menemukan dirinya sendiri dan mampu berperilaku sesuai
norma yang berlaku.
Kenakalan remaja semakin menunjukkan kompleksitas akar permasalahannya sehingga
diperlukan suatu ancangan teoretik (theoretical approach) yang cukup komprehensif
untuk memahaminya guna menemukan langkah pemecahan yang lebih efektif. Tulisan
ini dimaksudkan untuk memperoleh ancangan teoretik yang lebih komprehensif tersebut
dengan mencari kaitan logis dan dinamis dari sembilan ancangan teoretik yang sering
diacu untuk menerangkan fenomena kenakalan remaja (pemahaman self, paradigma
juvenile delinqency, krisis identitas, teori imitasi, internalisasi-sosialisasi-identifikasi,
value expectation, teori massa, teori alienasi, dan pandangan modernisasi.
Gagasan Analisa :
Prinsip-Prinsip Efisiensi Perilaku Individu untuk Kehidupan yang Sukses
Sukses pada dasarnya adalah pencapaian sesuatu tujuan yang dengan segala daya upaya
diperjuangkan seseorang sehingga sungguh-sungguh terwujud. Hidup sukses adalah
hidup seseorang yang sungguh-sungguh mencapai tujuan yang didambakannya dengan
diiringi kepuasan batin dan kesehatan fisik-mental serta prospek pengembangan diri yang
seluas mungkin. Kepuasan batin berarti perasaan bahagia dalam diri seseorang tanpa
adanya kerisauan, ketakutan atau pertentangan batin. Kesehatan menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization) adalah suatu keadaan sejahtera jasmaniah,
rohaniah maupun sosial dan bukan semata-mata ketiadaan penyakit dan kelemahan.
Sedang pengembangan diri yang selengkapnya meliputi segi-segi fisik, sosial, emosional,
intelektual, moral, dan spiritual. Kalau hidup ini diterima sebagai suatu kurnia yang baik,
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com
pengalaman yang indah, dan kenyataan yang benar, maka setiap orang perlu berusaha
mencapai suatu hidup yang sukses. Dengan demikian, segenap potensi kemampuan yang
tertanam pada setiap orang (misalnya kemampuan berpikir, berkemauan, bercitarasa)
tidaklah tersia-siakan. Demikian pula, dapatlah berkembang sepenuhnya empat dimensi
pokok hidup manusia berupa: berada (to be), mengetahui (to know), berbuat (to do), dan
memiliki (to have).
Penggunaan Bibliokonseling sebagai Salah Satu Strategi Membantu Klien
Konseling sebagai teknologi bantuan kemanusiaan memerlukan strategi yang tepat agar
subjek layanan memperoleh manfaat bagi dirinya. Bibliokonseling merupakan salah satu
strategi bantuan dengan menggunakan informasi dalam bahan pustaka. Strategi ini dapat
dimanfaatkan untuk membantu siswa meningkatkan prestasi belajar, mengubah konsep
diri, memodifikasi sikap sosial, meningkatkan kesehatan dan sebagainya. Dalam
kerangka itu, konselor perlu mengembangkan bibliokonseling yang sudah dirancang itu
dapat disajikan dengan teknik kelola sendiri, kontak minimal, kelola-konselor, dan arahan
konselor. Pelaksanaannya, tentu saja, memperhatikan prinsip seperti kebenaran dan
keberdayaan informasi, keefisienan, kemanfaatan, keaktifan klien, dan kemenarikan.
Urgensi Pemberian Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Siswa Luar Biasa di
Sekolah Luar Biasa
Siswa luar biasa sebagai bagian integral dari siswa pada umumnya memiliki berbagai
jenis kebutuhan untuk tetap aksis dalam kehidupan di masyarakat. Dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhannya, siswa luar biasa juga mengalami kesulitan seperti halnya
kesulitan yang dialami oleh siswa pada umumnya di sekolah biasa. Akan tetapi tingkat
kesulitan pemenuhan kebutuhan siswa luar biasa lebih tinggi ketimbang dengan tingkat
kesulitan pemenuhan kebutuhan siswa biasa sebagai akibat dari keluarbiasaan yang
diderita. Untuk membantu mengatasi kesulitan siswa luar biasa tersebut, maka pemberian
layanan bimbingan dan konseling di sekolah luar biasa sangat urgen untuk dilakukan.
Alat Penilaian Kemampuan Konselor Mengelola Konseling Behavioral
Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
Konselor sebagai petugas profesional mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
hak secara penuh dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
sejumlah siswa. Sebagai helper ia bertugas sangat berat, sekalipun sudah dibekali
wawasan dan ketrampilan ini pun belum cukup menjamin keterlaksanaan program
bimbingan dan konseling secara efisien dan efektif. Sehubungan dengan keterlaksanaan
layanan konseling khususnya, para konselor banyak mengalami kerisauan terhadap hasil
bantuan yang diberikan kepada siswa/kliennya. Ia merasa kurang yakin apakah
perubahan perilaku, sikap, pikiran, dan perasaan klien itu dari hasil intervensi konseling?
Selama konselor belum berupaya mencari solusi kesulitan yang dialaminya maka
perasaan-perasaan tersebut senantiasa mengganggu. Melalui tulisan ini dicobatawarkan
salah satu alat atau instrumen yang memadai untuk mengevaluasi kemampuan atau
ketrampilan para konselor maupun calon konselor dalam praktik konseling.
Alat/instrumen ini memadai untuk mengevaluasi cara mengelola konseling berorientasi
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com
tindakan (behavioral), disebut "Alat Penilaian Kemampuan Konselor Mengelola
Konseling Behavioral".
Kenakalan Remaja dan Upaya untuk Mengatasinya
Kenakalan remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di kota-kota besar yang
kehidupannya diwarnai dengan adanya persaingan-persaingan dalam memenuhi
kebutuhan hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara tidak sehat.
Persaingan-persaingan tersebut terjadi dalam segala aspek kehidupan khususnya
kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Betapa kompleksnya kehidupan
tersebut memungkinkan terjadinya kenakalan remaja. Penyebab kenakalan remaja
sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab
yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh lingkungan
akan lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan remaja mempermudah
upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut dapat
bersifat preventif, represif, dan kuratif. Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja
terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat, khususnya para pendidik baik yang ada
di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para guru pembimbing) maupun para
pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat.
Uji Persyaratan Analisis dan Implikasinya dalam Riset Pendidikan
Statistika merupakan alat bantu untuk menyajikan data sehingga menjadi lebih informatif
dan untuk menguji hipotesis suatu penelitian. Sesuai dengan sifatnya sebagai alat bantu,
statistika tidak mengenal apakah angka yang dianalisis itu mempunyai arti atau tidak.
Setiap angka yang masuk akan keluar hasil analisisnya. Penelitian pendidikan merupakan
kelompok penelitian bidang ilmu-ilmu sosial yang kegunaannya lebih praktis dan penting
dalam kehidupan manusia. Dalam perannya yang tidak diragukan, maka penelitian
pendidikan dituntut memiliki kualifikasi yang memadai. Kualifikasi itu sebagian
ditentukan oleh kualitas dan analisis data. Dalam analisis itulah peneliti harus berhati-hati
termasuk di antaranya peneliti harus memperhatikan asumsi yang disyaratkan oleh teknik
analisis tertentu. Dalam kajian ini penulis mencoba mengemukakan pentingnya uji
asumsi dan seberapa jauh peneliti harus memperhatikan.
Pustaka :
1. ___________________, Sutoyo Imam Utoyo, Universitas Negeri Malang
2. ___________________, Andi Mappiare A.T., Universitas Negeri Malang
3. ___________________, Blasius Boli Lasan, Universitas Negeri Malang
4. ___________________, Abdul Hadis, Universitas Negeri Malang
5. ___________________, Nur Hidayah, Universitas Negeri Malang
6. ___________________, Hariadi Kusumo, Universitas Negeri Malang
7. ___________________, I.M. Hambali, Universitas Negeri Malang
Tags: artikel
Prev: Es di Greenland dan Global Warming
Next: Berburu bocoran Soal UNAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih aras kunjungan anda di blog mesujiraya
komentarnya saya tunggu mas bro & mbak sist