Oleh : Ustadz Ahmd Sabiq
I. PENGANTAR
Insya Alloh, tidak terlalu berlebihan kalau saya katakan bahwa kisah mempunyai pengaruh yang sangat besar pada jiwa seseorang, mulai dari anak kecil sampaipun orang dewasa bahkan terkadang yang sudah lanjut usia.
Kisah bisa mempengaruhi jiwa sehingga menjadi pemberani, jujur, berpikir optimis dan lainnya, namun disisi lainnya juga bisa mempengaruhinya sehingga menjadi penakut, cengeng, pemalu dan lainnya.
Oleh karena itu Alloh dalam kitab suci Al Qur’an banyak sekali menyebutkan kisah umat terdahulu, baik kisah para nabi dan orang-orang sholih untuk dijadikan ibroh kebaikannya, juga kisah kaum yang dholim untuk dijadikan pelajaran akan akibat perbuatan dholimnya.
Alloh Ta’ala berfirman :
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sungguh dalam kisah-kisah mereka terdapat sebuah pelajaran bagi orang-orang yang berakal.”
(QS. Yusuf : 111)
فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al A’rof : 176)
begitu pula Rosululloh, beliau sering menceritakan banyak kisah yang terjadi pada ummat yang telah lampau, sebagaimana hal ini diketahui bersama oleh orang-orang yang menelaah sunnah beliau. Begitu pula dengan salafus sholeh dan para ulama’ ahlus sunnah setelahnya
II. ANTARA KISAH SHAHIH DAN LEMAH
Namun tidak semua kisah yang berkembang dimasyarakat yang dinisbahkan kepada Rosululloh, juga para sahabat, para ulama’ serta lainnya itu benar-benar shohih berasal dari mereka, akan tetapi sebagiannya adalah kisah-kisah palsu, sebagiannya lagi lemah dan sebagiannya lagi ada yang inti kisahnya benar namun dibumbui dengan beberapa tambahan yang tidak ada asal usulnya. Padahal banyak sekali kisah-kisah yang tidak shohih tersebut membahwa pengaruh terhadap penyelewengan yang tidak ringan dalam masalah aqidah, ibadah, muamalah , akhlak serta lainnya.
Dan bahaya ini semakin nampak tatkala itu adalah cerita yang dinisbahkan kepada Rosululloh, karena itu bisa merupakan sebuah kedustaan atas nama beliau, padahal beliau pernah bersabda :
َمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّار
“Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja , maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka.”
(Hadits mutawatir)
dan seandainyapun kisah itu tidak sampai pada derajat kisah palsu, dan hanya sebuah cerita yang lemah sanadnya, namun menceritakannya pun merupakan sesuatu yang berbahaya dalam pandangan syar’i. Perhatikanlah apa yang dikatakan oleh Syaikh Al Albani :
“Ketahuilah, bahwa yang melakukan perbuatan ini adalah salah satu diantara dua kemungkinan :
Pertama : Mungkin orang tersebut mengetahui kelemahan hadits-hadits (yang dalam hal ini adalah hadits Rosululloh yang berupa kisah –pent) tersebut lalu dia tidak menerangkan sisi kelemahannya, maka orang semacam ini menipu kaum muslimin. Dan dia jelas-jelas masuk dalam ancaman sabda Rosululloh :
مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِين
َ
“Barang siapa yang menceritakan dariku sebuah hadits yang dia sangka bahwa hadits itu dusta, maka dia adalah salah satu dari pendusta.”
(HR. Muslim dalam Muqoddimah shohih beliau)
Berkata Imam Ibnu Hibban dalam kitab Adl Dlu’afa’ : 1/7-8 :
“Hadits ini menunjukkan bahwa seorang ahli hadits kalau meriwayatkan sebuah hadits yang tidak shohh dari Rosululloh padahal dia mengetahuinya maka dia termasuk salah satu pendusta, padahal dhohirnya hadits tersebut menjelaskan perkara yang lebih besar lagi, dimana Rosululloh bersabda : “Barang siapa yang menceritakan dariku sebuah hadits yang dia sangka bahwa itu dusta ..” dan Rosululloh tidak bersabda : “Yang dia yakini bahwa itu dusta..” maka semua orang yang masih ragu-ragu pada apa yang dia riwayatkan apakah hadits itu shohih ataukah tidak maka dia termasuk dalam ancaman hadits tersebut.”
[Ucapan Imam Ibnu Hibban ini di nukil oleh Imam Ibnu Abdil Hadi dalam Ash Shorim Al Munki hal : 165-166 dan beliau menyepakatinya]
Kedua : Atau mungkin orang tersebut tidak mengetahui kelemahan sebuah hadits yang diriwayatkannya. Dan kalau begitu, maka dia tetap berdosa juga, karena dia berani menisbahkan sebuah hadits kepada Rosululloh tanpa ilmu. Padahal Rosululloh bersabda :
عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
Dari Hafsh bin Ashim bersabda : “Rosululloh bersabda : “Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta, kalau dia menceritakan semua yang dia dengar.”
(HR. Muslim : 5, Abu Dawud : 4992. Lihat ash Shohihah : 205)
Maka orang ini mendapatkan bagian dosa berdusta atas nama Rosululloh, karena Rosululloh menjelaskan bahwa orang yang menceritakan semua yang dia dengar akan terjerumus pada berdusta atas nama beliau. Dan dengan sebab inilah dia termasuk salah satu diantara dua pendusta, yang pertama adalah yang membuat kedustaan itu sendiri dan yang kedua adalah yang menyebarkannya.
Imam Ibnu Hibban berkata lagi 1/9 :
“Hadits ini merupakan ancaman bagi seseorang yang menceritakan semua yang dia dengar sampai dia mengetahui dengan pasti akan keshohihannya.”
Imam Nawawi juga menegaskan bahwa orang yang tidak mengetahui keshohihan sebuah hadits maka tidak boleh untuk berhujjah dengannya tanpa meneliti terlebih dahulu jika dia sanggup melakukanya atau bertanya kepada para ulama’.”
(Lihat Tamamul Minnah ha : 32-34, dan lihat juga Silsilah adl Dlo’ifah 1/10-12)
III. PERHATIAN PARA ULAMA TERHADAP HADITS, KISAH LEMAH, DAN KISAH PALSU
Para ulama’ ahlus sunnah sangat memberikan perhatian untuk memperingatkan umat dari hadits dan kisah yang lemah dan palsu. Hal ini mereka lakukan agar ummat islam bisa menerima ajaran agama mereka sebagaimana yang benar-benar pernah disampaikan oleh Rosululloh, dan membersihkan semua tambahan dan polusi yang sebabkan oleh tersebarnya hadits dan kisah yang lemah dan palsu.
Mereka berjuang sekuat tenaga untuk melawan hadits dan kisah lemah serta palsu ini dengan segenap kemampuan yang mereka miliki, diantara yang mereka lakukan adalah :
1. Meneliti sanad hadits
Para sahabat Rosululloh adalah orang-orang terpercaya yang tidak pernah berbohong, bagaimana mungkin mereka berbohong padahal mereka adalah orang-orang yang dipilih oleh Alloh Ta’ala untuk menemani dan membantu Rosululloh dalam mengemban risalah dari Alloh ini ?
Oleh karena itu kalau salah seorang dari mereka meriwayatkan sebuah hadits dari Rosululloh maka mereka langsung mempercayainya, dan itu pulalah yang dilakukan oleh para tabi’in. Namun setelah muncul fitnah, dan kaum muslimin terpecah belah menjadi berbagai kelompok dan golongan, serta munculnya orang-orang yang berani berdusta atas nama Rosululloh, maka para ulama’ mulai meneliti hadits yang mereka dengar.
Berkata Imam Muhammad bin Sirin :
“Kami tidak pernah bertanya tentang sanad, namun tatkala muncul fitnah, maka kami mengatakan : “Sebutkan para perowi kalian.” Lalu dilihat kalau dia dari kalangan ahli sunnah maka haditsnya diterima, namun kalau dari ahli bid’ah maka haditsnya ditolak.”
Berkata Abdulloh bin Mubarok :
“Sanad adalah bagian dari agama, seandainya tidak ada sanad niscaya semua orang akan bicara semaunya sendiri.”
Perhatian pada sanad ini sangat dikedepankan oleh para ulama’ hadits dalam menerima sebuah riwayat, sehingga mereka tidak menerima kecuali yang benar-benar shohih dari Rosululloh. (Lihat As Sunnah Qoblat Tadwin oleh Muhammad Ajaj Al Khothib hal : 220-225)
2. Melipatgandakan kesungguhan dalam mencari hadits Rosululloh
Termasuk kemurahan Alloh Ta’ala yang dicurahkan kepada ummat ini adalah Alloh memanjangkan umur sebagian para sahabat Rosululloh, agar mereka bisa menjadi nara sumber yang menunjukkan kepada kaum muslimin sunnah Rosul mereka, mereka bisa menjadi tempat bertanya dan minta fatwa. Namun karena para sahabat tidak berada disatu tempat akan tetapi mereka berpencar disegala penjuru negri, maka itu mengharuskan adanya perjalanan untuk mendapatkan hadits Rosululloh yang dibawa oleh mereka, akhirnya banyak sekali para penuntut ilmu dari kalangan sahabat, tabi’in dan orang-orang setelah mereka yang mengadakan perjalanan berbulan-bulan demi mendapatkan hadits Rosululloh.
Ambil contoh apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitabul ilmi bahwa Jabir bin Abdillah melakukan perjalanan selama satu bulan penuh untuk mendapatkan satu buah hadits dari Abdulloh bin Unais.
Berkata Sa’id bin Musayyib :
“Saya pernah berjalan berhari-hari demi mendapat satu buah hadits.” (Lihat Jami’ Bayanil Ilmi Wa fadllihi oleh Imam Ibnu Abdil Bar 1/113)
Berkata Imam Ibnu Hibban :
“Para ulama’ yang menjaga agamanya kaum muslimin dan memberi petunjuk mereka kepada jalan yang lurus, mereka adalah orang-orang yang lebih mengutamakan menempuh perjalanan melewati padang pasir nan luas daripada harus bersenang-senang dengan tetap tinggal dikampung halaman, semua itu demi mencari sunnah Rosululloh diberbagai penjuru negeri lalu mengumpulkannya dalam kitab dan buku, sampai-sampai salah satu dari mereka ada yang berjalan ribuan kilo meter demi mencari satu hadits, juga ada yang berjalan berhari hari demi mendapatkan sebuah hadits. Ini semua agar tidak ada diantara kaum penyesat yang bisa memasuki mereka, kalau ada yang melakukan itu, maka para ulama’ tersebut segera mengetahui dan membongkar kedoknya.”
(Lihat Al Majruhin oleh Imam Ibnu Hibban 1/27 dengan sedikit perubahan)
3. Studi kritis terhadap para perowi hadits
Para ulama’ hadits sangat perhatian untuk mengetahui para perowi hadits, karena dengan cara ini mereka bisa membedakan antara sebuah hadits yang shohih dan hasan dengan sebuah hadits yang lemah dan palsu, oleh karena itu mereka mempelajari biografi setiap perowi hadits, baik yang nampak maupun bukan, baik yang menyenangkan maupun mungkin yang menyakitkan.
Pernah ada seseorang yang berkata kepada Imam Yahya bin Sa’id Al Qothon :“Tidakkah engkau takut bahwa orang-orang yang tidak engkau ambil haditsnya akan menjadi musuhmu pada hari kiamat kelak ? maka beliau menjawab : “Mereka menjadi musuhku itu jauh lebih baik daripada yang menjadi musuhku adalah Rosululloh, dimana besok beliau akan mengatakan : “Kenapa engkau tidak membersihkan haditsku dari para pendusta ?.” (Lihat Al Kifayah fi Ilmir Riwayah oleh al Khothib al Baghdadi hal : 44)
Juga pernah ada yang berkata kepada Imam Ahmad bin Hanbal : “Sangat berat bagiku untuk mengatakan : “ Si Fulan lemah, si fulan pendusta.” Maka Imam Ahmad berkata : “Jika engkau diam, dan sayapun diam, lalu dari mana orang akan bisa mengetahui mana hadits yang shohih dengan hadits yang lemah ?.” (Lihat Al Kifayah hal : 46)
Para ulama’ telah mengerahkan segala kemampuan mereka untuk membedakan mana rowi yang lemah dengan yang terpercaya, mereka menulis banyak kitab, baik kitab yang besar maupun kecil.
Diantara kitab-kitab tersebut adalah :
Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini dalam Shohih Al Qoshosh An Nabawi
Al Kamal Fi Asma’ir Rijal oleh imam Abdul Ghoni Al Maqdisi
Tahdzibul Kamal oleh Imam Al Mizzi
Tahdzibut Tahdzib oleh al Hafidz Ibnu Hajar
Mizanul I’tidal oleh Imam Adz Dzahabi
Lisanul Mizan oleh Al Hafidl Ibnu Hajar
Siyar a’lamin Nubala’oleh Adz Dzahabi
Thobaqot al Kubro oleh Ibnu Sa’ad
Ats Tsiqot oleh Ibnu Hiban
Al Majruhin oleh Ibnu Hibban
Adl Dlu’afa’ wal Matrukin oleh Imam Ad Daruquthni
At Tarikh al Kabir oleh Imam Bukhori
Al Jarh wat Ta’dil oleh Ibnu Abi Hatim
Adl Dlu’afa’ al Kabir oleh al Uqoili
Al Kamil fidl Dlu’afa’ oleh Ibnu ‘Adi
dan masih banyak lagi kitab lainnya.
4. Menulis kitab yang mengumpulkan hadits lemah dan palsu
Para ulama’ sejak zaman dahulu sangat perhatian terhadap pengumpulan hadits-hadits lemah dan palsu dalam sebuah kitab. Tujuan mereka adalah agar kaum muslimin mengetahui bahwa hadits tersebut adalah lemah atau palsu, sehingga bisa menghindarinya.
Diantara kitab-kitab tersebut adalah :
Al Maudlu’at minal Ahadits Al Marfu’at oleh Imam Ibnul Jauzi
Al La’ali Al Mashnu’ah fil Ahaditsil Maudlu’ah oleh Imam As Suyuthi
Tanzihusy Syari’ah al Marfu’ah min Akhbar Asy Syani’ah Al Maudlu’ah oleh Syaikh Ibnu ‘Aroq Al Kanani
Al ‘Ilal Al Mutanahiyyah minal Ahaditsil Wahiyah oleh Imam Ibnul Jauzi
Al Fawa’id Al Majmu’ah fil Ahadits al Maudlu’ah oleh Imam Syaukani
Al Manarul Munif fish Shohih wadl Dlo’if oleh Imam Ibnul Qoyyim
Silsilah Ahadits Dlo’ifah wal Maudlu’ah oleh Imam Al Albani
Dan masih banyak kitab lainnya.
Dan para ulama’ mu’ashirin banyak yang menuliskan mengenai kisah tak nyata ini dalam sebuah risalah tersendiri, di antaranya adalah :
Syaikh Mayhur Hasan Salman dalam kitab beliau : Qoshoshun la tastbut
Syaikh Fauzi bin Abdur Rohman dalam Tabshirotu Ulil Ahlam min Qoshoshin fiha kalam
Syaikh Ali bin Ibrohim Al Hasyisy dalam silsilah “Tahdzirud Da’iyah min Al Qoshosh al Wahiyah” yang beliau tulis secara berurutan dalam majalah At Tauhid di Mesir
Syaikh Yusuf bin Muhammad Al Atiq dalam Qoshosh la Tastbut
Dan sebagian ulama’ lainnya ada yang mengumpulkan kisah kisah yang shohih dari Rosululloh, sebagai ganti dari kisah-kisah lemah tersebut, diantaranya adalah :
Syaikh Masyhur Hasan Salman dalam Qoshosh Tatsbut
Syaikh Sulaiman Al Asyqor dalam Shohih Al Qoshos an NAbawi
5. Meletakkan kaedah untuk mengetahui hadits yang shohih dengan yang lemah
Adanya ilmu mushtholah hadits yang di buat oleh para ulama’ untuk membikin sebuah kaedah untuk bisa dibedakan hadits yang shohih dengan yang lemah. Itu semuanya adalah bukti akan kesungguhan ulama’ islam dalam membela haditsnya Rosululloh.
IV. KISAH TAK NYATA YANG DINISBATKAN KEPADA SELAIN RASULULLAH
Kalau itu bahaya kisah tak nyata yang dinisbahkan kepada Rosululloh, demikian juga dengan kisah yang dinisbahkan kepada selain Rosululloh, baik itu kepada para sahabat, para ulama’, raja, panglima dan pemimpin kaum muslimin pun merupakan perkara yang membahayakan. Diantara bahaya tersebut adalah :
1. Berdusta atas nama seorang muslim.
Merupakan sesuatu yang dipahami bersama bahwa dusta terhadap sesama muslim adalah dosa besar dan salah satu tanda kemunafikan.
Rosululloh bersabda :
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
“Ada empat perkara yang apabila terdapat pada seseorang maka dia itu seorang munafiq yang murni, namun kalau cuma ada salah satunya saja maka berarti dia memiliki bagian dari kemunafikan sehingga dia mau meninggalkannya, yaitu apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji tidak menepati, apabila melakukan perjanjian maka dia berkhianat dan apabila bermusuhan maka dia berbuat melampaui batas.”
(HR. Bukhori : 38, Muslim : 58 dari Abdulloh bin ‘Amr bin Ash)
2. Merusak citra mereka
Hal ini sangat nampak pada sebagian cerita, yang insya Alloh akan kita bahas satu persatu, namun cukuplah sebagai sebuah contoh kecil, yaitu:
Kisah Amirul Mu’minin Harun Ar Rosyid, yang digambarkan bahwa beliau adalah teman karib Abu Nawas (seorang penyair zindiq dan syairnya banyak bicara tentang wanita dan khomer, meskipun dikatakan bahwa dia bertaubat diakhir hayatnya), lalu banyak minum khomer, main wanita, dan lainnya.
Wallohi ini adalah sebuah kedustaan nyata, karena beliau adalah seorang raja muslim yang dekat dengan para ulama’ dan banyak memberikan perhatian kepada sunnah Rosululloh, meskipun kita tidak menafikan kesalahan-kesalahan beliau, namun kisah dengan Abu Nawas itu adalah kedustaan.
3. Tersebarnya kisah tak nyata dikalangan kaum muslimin
Dan ini hal yang tidak bisa dipungkiri, sehingga akhirnya banyak kisah-kisah yang tidak shohih tersebut banyak dinukil diceramah-ceramah maupun dikitab, padahal semua itu hanyalah kedustaan belaka.
Dan masih banyak bahaya lainnya
VI. CONTOH KISAH TAK NYATA DI NEGERI KITA (INDONESIA)
Jangan kaget kalau saya katakan banyak banyak sekali kisah palsu yang tersebar di Indnesia dan negeri muslim lainnya, dan saya harap jangan ada seorangpun yang berpikir bahwa kisah palsu itu hanyalah dongeng yang banyak disebarkan di buku-buku dan majalah anak-anak atau di pelajaran sekolah dasar, sepertidongeng asal muasal Danau Toba, asal muasal Banyuwangi, cerita tentang kahyangan dengan bidadarinya yang bisa terbang dengan selendangnya dan lainnya, karena itu semua hanyalah dongeng kuno yang semua mengetahui bahwa itu hanyalah sebuah kedustaan.
Namun, yang saya maksud adalah kisah yang banyak disampaikan oleh para ‘ustadz, kyai, penceramah’, di antaranya adalah :
A. Kisah yang dinisbahkan kepada Rosululloh :
kisah tentang perjalanan Nur Muhammad, yang dikatakan pindah dari rahim wanita-wanita suci sampai kepada Abdulloh bapaknya Rosululloh yang kemudian berpindah kepada Aminah ibunda Rosululloh.
kisah seputar kelahiran Rosululloh yang dikatakan bahwa patung-patung tersungkur, yang banyak dibaca dan disampaikan saat peringatan maulid nabi
kisah seputar hijroh Rosululloh yang dikatakan bahwa saat beliau bersama Abu Bakr di gua Tsaur maka ada laba-laba yang membuat rumah dimulut gua, juga ada burung merpati yang juga membuat sarang serta bertelur dimulut gua, serta kisah bahwa saat berada dalam gua Abu Bakr tersengat ular.
Kisah sambutan dengan “Thola’al badru alaina” saat Rosululloh datang kekota Madinah dari Mekkah
Kisah demonstrasi unjuk kekuatan yang dilakukan oleh kaum muslimin saat masuk islamnya Umar bin Khothob
Dan masih banyak lainnya
B. Kisah yang dinisbahkan kepada para sahabat
Kisah seputar perang Jamal dan Shiffin
Kisah Tsa’labah yang tidak mau membayar zakat
Kisah Alqomah yang tidak bisa mengucapkan kalimat tauhid saat sakarotul maut karena durhaka pada ibunya
Dan kisah lainnya
C. Kisah yang dinisbahkan kepada para raja dan panglima muslim
Kisah Harun Ar Rosyid dengan Abu Nawas
Kisah seputar kehidupan Amirul Mu’minin Mu’awiyyah bin Abu Sufyan
Kisah Thoriq bin Ziyad yang membakar perahu saat menyerang Andalus (Spanyol)
Kisah Sholahuddin al Ayyubi yang dikatakan bahwa beliau adalah yang pertama kali memperingati maulid nabi
Dan lainnya
D. Kisah yang dinisbahkan kepada para ulama’
Kisah Imam Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in dengan seorang tukang cerita
Kisah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di atas mimbar Masjid Jami’ Damaskus yang dikatakan bahwa beliau mengatakan : Alloh turun kelangit dunia seperti turunku dari atas mimbar ini.”
Kisah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang dikatakan bahwa beliau mengkafirkan kaum muslimin serta kedustaan lainnya atas beliau
Kisah Al Hafizh Ibnu Hajar, yang diceritakan bahwa belau dulunya santri bodoh lalu bertemu dengan air yang menetes pada batu cadas dan mampu melobanginya, sehingga beliau disebut Ibnu Hajar yang artinya anak batu
E. Kisah-kisah seputar Indonesia
Dinegeri kita berkembang banyak cerita yang harus diberi sebuah tanda tanya besar akan keshohihannya, diantaranya adalah :
Kisah Sunan Kalijaga yang katanya menunggu tongkat sunan Bonang dipinggir kali dalam waktu yang sangat lama sehingga tubuhnya ditumbuhi lumut air dan tumbuhan
Kisah Syaikh Siti Jenar yang katanya berasal dari cacing tanah merah
Kisah tentang sebab perang Pangeran Diponegoro dengan penjajah Belanda yang katanya hanya karena masalah tanah kuburan yang masuk dalam proyek jalan yang dibuat belanda
Dan banyak kisah lainnya.
VII. Tashfiyah dan Tarbiyah
Mudahan sadarnya kembali sebagian ummat islam terutama di kalangan generasi mudanya untuk belajar islam, dibarengi dengan semangat untuk mepelajar islam yang murni berasal dari Rosululloh, terbebas dari hitamnya semua yang mengotori kemurnian islam, termasuk diantaranya hadits-hadits dan kisah-kisah lemah serta palsu, yang banyak mebuat berbagai macam khurofat, bid’ah, kesalahan hukum dan lain sebagainya.
Dan inilah yang selalu didengungkan oleh Imam Ahlus Sunnah dan mujaddid abad ini Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani dengan syi’ar “At Tashfiyah wat Tarbiyyah” At Tasfiyyah artinya membersihkan islam dan semua yang mengotori kesucianya dan dengan isam yang sudah di tashfiyah itulah kita mentarbiyyah (mendidik) ummat, ang dengan inilah insya Alloh kaum muslimin sekarang ini akan kembali meraih kejayaanya.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
Dari Ibnu Umar berkata : “Saya mendengar Rosululloh bersabda : “Apabila kalian jual beli dengan cara ‘inah dan kalian memegang ekor sapi serta kalian ridlo dengan cocok tanam juga kalian tinggalkan jihad maka Alloh akan menimpakan kehinaan kepada kalian, Dia tidak akan menghilangkannya sehingga kalian kembali kepada agama kalian.”
(HR. Abu Dawud dan lainnya dengan sanad shohih, lihat Ash Shohihah : 11)
Alangkah benarnya apa yang dikatakan oleh Imam Malik :
لا يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به أولها
“Tidak akan baik akhir ummat ini kecuali dengan sesuatu yang membuat baik pada awalnya”
Wallohu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih aras kunjungan anda di blog mesujiraya
komentarnya saya tunggu mas bro & mbak sist